Berani Bermimpi Akan Sesuatu Yang Besar dan Baik Untuk Menuju Sebuah Kemandirian Yang Bisa Membawa Diri Ke Dalam Sebuah Kesuksesan Besar. Berani Mencoba Apa Yang Kita Rasa Tidak Mungkin. Berusaha dan Berdoa didalam Setiap Langkah Kaki Yang Terpijak.


Rabu, 11 April 2012

6 Ribu anak putus sekolah, program Wajar belum optimal

Sebanyak enam ribu anak di Surabaya putus sekolah membuktikan program wajib belajar (wajar) 12 tahun yang diterapkan dinas pendidikan (Dispendik) Surabaya belum optimal.

Berdasar sumber Diknas Jatim, Surabaya masuk kategori kota terbaik untuk pelaksanaan wajar 12 tahun. Namun, masih adanya ribuan anak putus sekolah di Surabaya, sangat tidak sepadan dengan sukses program wajar 12 tahun.

"Surabaya memang dijadikan sebagai kota pelopor dalam pelaksanaan wajar 12 tahun," kata Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Kabid Dikmenjur) Dispendik Surabaya, Ruddy Winarko ketika dihubungi, Selasa (21/2).

Dia juga mengakui, terdapat kesulitan dalam pendataan siswa yang putus sekolah, karena sulitnya identifikasi dari berbagai jenjang pendidikan. Meski demikian, kata Ruddy, pihaknya tetap menjalankan program wajar 12 tahun yang dijadikan prioritas. "Kendala itu pasti ada. Tapi dibanding kota lainnya, Surabaya masih yang terbaik untuk pelaksanaan wajar 12 tahun," ujarnya.

Hal senada juga disampikan, Plt Kadispendik Surabaya M Taswin. Anak putus sekolah tersebut, terinci dalam jenjang pendidikan yang ditempuh. Sayangnya, hingga kini, Dispendik masih melakukan identifikasi guna mengetahui validasi keberadaan anak putus sekolah tersebut. "Kami akan menangani masalah itu (anak putus sekolah, red). Rata-rata dari berbagai jenjang pendidikan," ujarnya ketika dikonfirmasi terpisah.

Ia menjelaskan, validasi data untuk anak putus sekolah itu sebagai upaya penanganan berkelanjutan dalam terapan wajar 12 tahun di Surabaya. Diakui, saat ini Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya telah mengerahkan petugas dan jajaran di bawah untuk mendata keberadaan anak-anak putus sekolah tersebut.

"Termasuk RT/RW juga kami minta bantuan mendata. Setelah itu, kami akan buat pemetaan untuk kelanjutan pendidikan anak yang putus sekolah itu," tandas Taswin.[bal]

Tidak ada komentar: